Sunday, October 15, 2017

Cerita Bokep Perjakaku Direnggut Oleh Tukang Pijit

Cerita Bokep Perjakaku Direnggut Oleh Tukang Pijit



Cerita Seks ABG - Sebagai seorang konsultan aku sering pergi keluar kota dan menginap di hotel bisa sampai berbulan-bulan lamanya. Seringnya menginap sekamar bareng dengan anggota tim lainnya namun kadang juga menginap sendirian. Pekerjaanku yang bersifat projek jelas sering menuntut waktu ekstra dan kerja keras sehingga membuatku mengalami keletihan baik fisik dan mental. Kalau sudah begitu aku segera mencari tukang pijat untuk mengendorkan urat saraf yang telah amat tegangnya.

Giliranku kali ini mendapatkan projek di kota B yang berhawa sejuk dan merupakan kota idolaku. Dulu aku sempat lama berdiam di kota ini ketika kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di negeri ini. Sebagaimana projek-projek lain yang sering kukerjakan maka tidak ada perkecualian projek ini juga menuntut energi dan pikiran ekstra keras karena ketatnya jadwal. Salah satu hal yang menyebalkan di kota ini adalah masalah taxi yang buruk kondisinya dan lagi jarang mau menggunakan argo sehingga harus selalu melakukan negosiasi terlebih dahulu. Oleh sebab itu sering aku mencari hotel terdekat dengan lokasi projek sehingga dapat dicapai dengan jalan kaki hanya beberapa menit.

Minggu ini adalah puncak-puncaknya pekerjaan sehingga keletihan amat sangat terasa. Hal ini menyebabkan aku malas pulang week end ke kota J di mana aku tinggal. Kurencanakan Sabtu pagi besok saja untuk pulang menggunakan kereta api. Karena anggota tim lain selalu pulang ke J (semuanya berdomisili di J) di akhir minggu maka kini tinggal aku sendirian.

Setelah makan malam di restoran hotel aku masuk ke kamar sambil nonton acara-acara TV. Berhubung hotel ini bukan hotel mewah maka channel acara TV-nya pun terbatas, untuk mengirit ongkos operasional kali. Setelah satu jam aku mulai dihinggapi kejenuhan. Mau tidur masih amat susah karena malam begitu larut, baru jam 8an, dan badan yang amat letih ternyata malah membuat sulit untuk segera beristirahat tidur. Tiba-tiba aku teringat biasanya hotel ada info layanan pijat. Kucari-cari brosurnya tidak kutemukan. Tanpa kurang akal kutelpon operator untuk menanyakan apakah di hotel ini bisa dicarikan tukang pijat. Ah lega rasanya ketika dijawab bisa dan akan segera diantar. Agenserbaqq

Sambil menunggu kedatangan tukang pijat aku mulai mencoba kembali menikmati acara-acara di layar TV. Tapi ternyata pikiranku sudah mulai melantur membayangkan nikmatnya ketika badan yang pegal hebat ini akan mendapatkan terapi pijat yang pasti akan memanjakan urat dan saraf-saraf yang telah mulai menuntut untuk dirilekskan sejak beberapa hari ini. Ah beginilah nikmatnya masih bujangan (sebagai lelaki berusia 35 aku jelas termasuk telat menikah, hehe biarin masih enak sendiri kok), waktu masih bisa diatur sesuka hati. Coba kalau berkeluarga sebagaimana kawan-kawanku itu, pasti mereka harus buru-buru pulang sementara masih harus berjuang untuk mendapatkan tiket kereta karena penuhnya calon penumpang di akhir minggu.

Sejam kemudian ada suara ketukan pintu, ah sudah datang, batinku dengan girang. Ketika kubuka aku agak sedikit heran karena tukang pijatnya ibu-ibu berumur 45-an lebih kira-kira. Tinggi tubuh sekitar 155 cm, berkulit kuning bersih, wajah sudah menunjukkan usianya yang memang sudah matang. Dengan mengenakan jaket kain dan bercelana jean yang agak ketat. Dengan santunnya dia permisi untuk masuk. Kupersilakan dia masuk sementara pengantarnya yang adalah bell boy kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah di dalam kamar kupersilakan duduk dulu di kursi pojok kamar. Aku ijin sebentar ke toilet untuk pipis karena aku memang termasuk orang yang nggak tahan dingin (sudah di kota yang dingin ber-AC pula) sehingga sering pipis. Daripada nanti pas ditengah-tengah aksi pemijatan aku kebelet mendingan kukeringkan dulu kantong pipisku. Kan nggak nyaman pas lagi merem-melek dipijat eh kebelet pipis, pasti akan merepotkan.

Setelah selesai dari toilet kulepas kaos dan celana pendekku sehingga tinggal CD saja. Lalu kulihat ibu itu membuka jaketnya sehingga hanya memakai kaos ketat hitam saja. Wah ternyata si ibu ini masih bagus juga badannya, kelihatan perut masih kencang. Tanpa banyak buang waktu langsung aku tengkurap di atas ranjang. Ibu tukang pijat mendekat dan mengatakan maaf serta mohon ijin untuk mulai pemijatan. Pertama yang dipijat adalah telapak kaki. Ah nyamannya. Telapak kakiku yang telah kaku-kaku ditekan-tekan dan kemudian diurut.

Aku tak mau banyak bicara agar Si Ibu lebih fokus pada pekerjaannya dan aku konsentrasi agar kenikmatan yang kuraih dari pijatan-pijatan maksimal. Setelah selesai dari telapak kaki mulailah naik menuju ke betisku yang tak kalah kakunya. Rupanya betis kaku kalau dipijat menimbulkan rasa nyeri sehingga aku sedikit meringis. Rupanya Si Ibu tahu kesakitanku lalu sedikit dikurangi tekanannya. Selesai ditekan-tekan kemudian diurut-urut. Untuk urut dipakailah cream agar licin.

Begitu sampai menuju paha tiba-tiba kudengar suaranya..

“Den, maaf CD-nya dilepas saja biar nggak kotor kena minyak. Maaf ya.”

Karena logis alasannya ya kulepas saja meskipun membuatku kikuk (aku sering dipijat tetapi biasanya pria tuna netra). Aku lepas CD-ku dengan hanya mengangkat pantat terus kuperosotkan keluar dari kaki. Menurutku Si Ibu nggak dapat melihat “adikku”. Lalu aku mapan lagi agar pijatan dapat diteruskan. Mulanya paha luar yang mendapatkan giliran. Setelah kedua sisi paha luar selesai baru dilanjutkan dengan paha dalam. Dengan mengurut dari arah bawah menuju atas, stop press!! Bisakah anda bayangkan?

Jari-jarinya, kayaknya ibu jarinya (aku nggak bisa lihat sih) secara halus menyenggol kantong-kantong kejantananku. Serr. Kudiamkan. Kemudian pantatku mulai dijamahnya dengan cara melingkar dari bawah ke atas luar terus turun masuk ke dalam dan berakhir di.. Ujung selangkangan persisnya tengah-tengah antara kedua kantong kejantananku. Serr. Serr. Uenak sekali. Aku heran agak lama juga dia ini bermain di wilayah sensitif ini. Tapi biarlah, enak ini. Hehe. Eh ketika sedang enak-enaknya menikmati jari-jari lihainya yang baru pertama kali kunikmati sensasi kenikmatan tiada tara ini berlangsung tiba mulai naik ke arah pinggang. Agak kecewa juga, tapi kutahan biarlah dia menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan prosedur standar pemijatan yang dia praktekkan.

Begitu selesai dengan leher belakang sebagai bagian teratas yang dirambahnya, tiba-tiba dengan ‘cool’-nya memerintahkan untuk telentang. Wah kacau ini. Bisa ketahuan nih kalau adikku ternyata telah terjaga. Tapi ya sudahlah biarkan segalanya berlalu dengan alamiah. Yang sudah telanjur tegak biarlah begitu. Hehe.

Mulai lagi Si Ibu dari bawah yaitu bagian depan telapak kaki. Mulai saat ini sudah tidak mampu lagi kunikmati pijatan dari detik ke detik dan setiap inchi anggota tubuhku. Aku hanya memikirkan apa yang akan dia lakukan ketika sudah merembet ke arah paha. Gara-gara pikiranku sudah terpandu oleh kerja hormon testosteronku maka jelas sudah, adikku semakin percaya diri untuk mengeras sebelum sentuhan terjadi.

Akhirnya tiba juga saat-saat yang kunantikan. Rupanya teknik yang dia lakukan di bagian pantatku tadi dipraktekkan juga di bagian depan. Aduh Mami, enaknya minta ampun, eh nambah. Sempat kutatap wajahnya, kulihat sekilas-sekilas dia melirik adikku. Hmm rupanya dia ingin tahu efek pijatannya apakah membuahkan hasil atau tidak. Dan tidak salah dia. Sukses besar. Bahkan si adik telah sedikit menitikkan cairan.

Ketika itu dia mencuri pandang ke aku. Aku menangkapnya. Mulai kuamati wajahnya untuk melihat lebih jelas seperti apa sebenarnya tampang Ibu ini. Biasa aja. Tidak menarik. Bahkan sudah ada beberapa kerutan. Sedikit. Tidak terlalu muluslah wajahnya. Tapi tidak berpengaruhlah itu karena nyatanya adikku tetap saja berdiri kayak tonggak, sedikit miring karena gravitasi.

Lagi asyik-asyiknya melayang-layang imajiku akibat aksi pijatan-pijatan yang berbentuk lingkaran-lingkaran itu tiba-tiba rambahannya sudah menuju perut. Ah. Sedikit down. Sedikit kecewa. Tunggu dulu, rupanya ketika di perut masih ada harapan untuk mendapatkan sentuhan-sentuhan dahsyat itu. Ketika gerak maju-mundur di perut dengan formasi melingkar luar-dalam juga, ternyata setiap mundur gerakannya dibablaskan sehingga si adik tetap bisa menikmati sentuhan-sentuhan. Bedanya sekarang yang mendapatkan anugerah adalah bagian kepala adik. Sip. Sip bener ini. Kok ya ada tukang pijat sehebat ini. Apakah karena sudah ibu-ibu maka pengalamannya memijat bertahun-tahun yang membuatnya menjadi piawai begini? Mustinya iya.

Lalu, akhirnya pijatan di akhir bagian dada. Begitu selesai..

“Mau diapain lagi Den?”
“Maksud Ibu?” Tukasku.

Tersenyum simpul dia dan.. Tahu-tahu tangannya pura-pura pijat-pijat lagi di selangkangan tetapi dengan titik kontak gesekan ke ‘adik’ semakin besar dan lama.

“Oh tahu aku maksudnya”, pikirku.

Tanpa kujawab mulai kuelus punggungnya (dia duduk di pinggir ranjang dengan membelakangi). Dia diam dan mulai berani hanya mengelus khusus adikku saja, tidak lagi pura-pura menyentuh bagian lain. Kusingkap pelan kaosnya. Astaga, rupanya kondisi dalamnya terawat mulus. Tak kusangka padahal sudah seumur itu. Menggelegaklah kelelakianku. Tanpa terkontrol lagi aku yang tadinya telentang bangkit duduk sehingga punggungnya berhadapan dengan tubuh depanku dan tanganku yang kiri menyingkap kaosnya lebih ke atas lagi sementara yang kanan ke depan menjamah sang.. Tetek.

Dia sengaja mencondongkan dirinya ke arahku agar lebih mepet. Kulepas kaosnya dan dibantu dia sehingga sekarang setengah telanjang dia. Eits! Bulu keteknya nggak dicukur. Gairahku malah semakin meledak, kubalikkan badannya agar menghadapku. Dia menunduk mungkin malu atau minder karena umur atau ketidak cantikannya, entahlah, yang pasti dia telah dengan ahlinya melepaskan ‘nafsuku’ dari kandangnya. Kurebahkan dia dengan masih tetap pakai BH karena aku lebih suka menjamah teteknya dengan cara menyelinapkan tangan.

Kuserbu keteknya yang berbulu agak lebat itu (kering tanpa ‘burket’, kalaupun ‘burket’ toh nafsuku belum tentu turun) sambil terus meremas tetek. Kutindih dia. Celana jeans masih belum dilepas. Kususupkan tangan kananku ke dalamnya. Menyentuh veginya. Basah. Kupindahkan serangan ciumanku ke lehernya. Mendesah. Lalu mengerang-mengerang lembut dia. Kehabisan nafas aku, ketika kutarik kepalaku naik untuk mengambil udara ditarik lagi kepalaku. Ah rupanya ‘G-Spot’nya ada di leher belakang telinga sebelah kanan. Kuhajar lama dengan dengusan napas hidungku di wilayah itu. Semakin liar polahnya. Tangan kananku semakin dibasahi dengan banyak cairan. Kulepas tanganku dan kusuruh dia bangkit.

“Lepaskan BH dan celana ya”.

Tanpa tunggu lama wajahnya yang sudah merah merona itu mengangguk dan cepat-cepat semua yang kuingin lepas dilepasnya. Kupandangi sebentar teteknya, masih lumayan bulat. Kupandangi veginya, wow alangkah lebatnya. Kurebahkan lagi dengan segera. Kutindih lagi dia. Mengerang hebat. Nafasku memburu berat. Kukangkangkan pahanya. Dan bless.. Rudalku telah menghunjam ‘vegi’nya yang telah banjir itu. Kusodok-sodok sekuat tenaga. Semakin keras erangannya. Kuseret pahanya ke pinggir ranjang, dengan berdiri kuangkat kakinya menumpang di pundakku, kuarahkan kembali rudalku menuju veginya yang lenyap ditelan jembut. Kusibakkan terlebih dulu, lalu bless.. Bless.

“Argh.. Arghh.. Yang cepeth Denn Arghh.. Kencangin laggih Denn.. Auhh.. Ahh..”

Menjelang 10 menit mulai terasa hangat adikku.

“Akkhu.. Sudahh mauu.. Kelluaar.. Bikk.. Ahh.. Ahh”.
“Akkh.. Bibikh.. Jugah.. Denn. Ahh.. Argh”.

Dan tanpa dapat dibendung lagi jebollah lahar panas dari rudalku menyemburi lembahnya yang rimbun itu. Pada saat yang bersamaan. Sensasi kimiawi dari surga telah mengurasku menuju keletihan. Entah kenapa badanku yang sebelumnya sudah letih banget ternyata masih mampu mengeluarkan tenaga sebesar ini. Ibu ini memang lihai. Luar biasa kuakui.

SERBAQQ.NET BANDAR POKER ONLINE | DOMINOQQ | BANDAR Q | BANDAR SAKONG ONLINE UANG ASLI TERPERCAYA INDONESIA

Setelah berbaring-baring sekitar 15 menit Si Ibu minta ijin ke toilet untuk bersih-bersih diri. Kusiapkan amplop untuk memberinya kompensasi atas jasa kenikmatan luar biasa yang baru sekali ini kurasakan seumur hidupku. Tanpa dibukanya amplop itu sambil mengucapkan terima kasih dengan sopan, dia keluar kamar setelah mengenakan jaketnya kembali.

Sejak mengenal kenikmatan ‘pijat hotel’ itu, aku mulai sering mencoba-coba. Di kota B banyak sekali panti-panti yang berkedok pijat namun sesungguhnya yang ditawarkan adalah lebih dari sekadar pijat. Awalnya kucoba yang muda-muda dan cantik, akhirnya aku kembali mencari yang telah senior karena yang masih muda kuanggap belum banyak pengalaman dan tidak banyak kenikmatan yang kuraih. Di samping itu lebih aman secara kesehatan dengan yang tua karena jarang dipakai, sementara yang muda dan cantik laris diantri banyak pria dari berbagai lapisan dan dengan kondisi kesehatan yang sulit terkontrol pula.

Demikianlah kisah keperjakaanku yang hilang di tangan sang Ibu Pemijat. Aku tidak menyesal. Bahkan malah sulit melupakannya. Yang kusesali adalah mengapa kenikmatan yang sedemikian dahsyatnya baru kuketahui setelah setua ini.

Cerita Dewasa Dengan Tante Kawan Mamaku

Cerita Dewasa Dengan Tante Kawan Mamaku

Cerita Tante - yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari.

Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan menghayalkan mama kawanku ini.

Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya menghayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.

Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban “Ya”, lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena balum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita.

Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, “Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?”
Dengan terkejut saya menjawab, “Saya tidak melihat apa-apa, Tante…”
Lalu Tante Nita berkata, “Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante..”

Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.
Lalu Tante Nita bertanya lagi, “Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?”
Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, “Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante.”
Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.

Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.

Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, “Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?”
Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, “Terserah kamu sayang…”
Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.
Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, “Tante, bolekah saya membuka baju tante..?”
Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, “Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya.”
Dengan terbata-bata saya menjawab, “Terima kasih Tante…”
Lalu Tante Nita berkata lagi, “Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya.”
Lalu saya menjawab, “Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita.”

Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.
“Uuhhh… ahhh..,” Tips Judi
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.

Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, “Aduh, Nita… saya sampai nih, uh… uhhh… uuuhhh…” Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.

Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, “Endy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih…” Dengan tenang saya menjawab, “Iya Nita..,” dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih.

Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.
“Endy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah… ah… uhhh…” desahnya.
Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.
“Uhhh… Tante sampai nihhh… ayo terus Ndyyy… ah… ehmmm… nikmat sekali.”

Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita.
Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, “Ahh… ahhh… auuu… ehmmm… saya sampai, terus Ndyyy… uhh… ahhh… aahhh…”
Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.

Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.
Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, “Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu.”
Dengan terkejut saya berkata, “Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang…” Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, “Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya.., nggak apa-apa deh… tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!”
Lalu saya tersenyum dan berkata, “Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita.”
“Kamu harus ingat janji kamu yach… sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu… khan kamu mau barbeque khan..?” kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.

Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, “Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?”
Dengan tenang Tante menjawab, “Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman.”
Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali.

Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante nita, tetapi yah…

Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, “Aduh, hari ini kok panas sekali…”Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, “Mas Endy ada telpon tuh..!”
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, “Halo..?”
“Ini Endy yach..?” tanya orang lawan bicara saya.
Saya jawab, “Iya, disana siapa yach..?”
“Kamu udah lupa yach ama saya..?” dengan logat memancing.
Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, “Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!”
“Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi.” kata lawan bicara saya lagi.

Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, “Oh, ini Tante Nita yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih… Tante sich main-main aja…”
Lalu Tante Nita berkata “Nggak mood yach..? Jadi sama Tante juga nggak mood donk..? Tadinya
Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh..”
Dengan cepat saya memotong, “Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?”
“Kamu tenang aja deh… pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?” tanya Tante Nita.
Tentu saja saya menjawab, “Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!”

Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.

Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab.
“Iya, bentar…” lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.
Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.

Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.
Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, “Jangan di sini donk sayang..!”
“Dimana Tante..?” tanya saya.
“Di kamar Tante aja…” kata Tante Nita.
Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, “Jadi, tunggu apa lagi Tante..?”

Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas.

Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya.
“Aduh enak sekali, ahhh… uh… sttt…” desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang.
Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu.

Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang.
“Aduh, nikmat sekali… sungguh… geli tapi… ahhh… uhhh… terus Endy…”
Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit.
“Aduh saya sampai Ndyyy… segera keluar… ahhh…”
Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, “Endy… biarkan Tante Nita istirahat yach..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali.”
Saya segera menjawab, “Iya Tante…”

Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya.

“Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?” tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.
Tante Nita menjawab, “Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan..”
Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan
Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya.
Tante Nita segera menjerit, “Aduh… sakit sekali… pelan-pelan Ndy…”Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita.
Tante Nita lalu mengerang, “Aduh sakit sekali… biarkan tetap di dalam Endy, aduh… ahhh… ehmmm… uh…”

Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.
Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, “Aduh… sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy…”
Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan.

Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, “Aduh… saya sampai Ndyyy… akan segera keluar nih…”
Saya menjawabnya, “Sebentar lagi Nita, sebentar lagi… saya juga hampir sampai nih…”
Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, “Aduh… ahhh… aku sampai Endy… nikmat sekali…”

Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.
Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, “Saya sampai Tante eh… ahhh… nikmat sekali”
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua.


Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.
Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku,
“Tante Nita minta maaf Endy… tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu… sungguh Tante Nita minta maaf..”
Tetapi saya segera berkata, “Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!”
Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, “Iya… Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi..” dan saya mengiyakannya.

Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan caracara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.

Wednesday, August 9, 2017

Kisah Bokep Bosku Ternyata Adalah Mantan Pacarku

Kisah Bokep Bosku Ternyata Adalah Mantan Pacarku


Kisah Bokep - Kisah Sex ini menceritakan tentang skandal sex antara pembantu dan juragan laki-lakinya. Hal itu bisa terjadi karena ternyata pembantu wanita itu adalah mantan pacar majikan laki-lakinya. Ingin Tahu kelanjutanya para pembaca ??? langsung saja simak cerita dibawah ini !!!

Namaku Yuli usia 32 tahun aku bekerja di sebuah laundry menjadi tukang cuci dan setrika. Aku mempunyai 2 anak yang kini duduk dibangku sekolah dasar dan SMP. Namun hanya satu yang ikut denganku , anak pertama ikut bapaknya. Aku udah lama bercerai karena aku memang sudah tidak suka dengan suamiku.

Beberapa kali aku berselingkuh dengan pria membuat suamiku kerap marah dan akhirnya menceraikan aku. Aku bekerja di laundry karena hanya itu lowongan pekerjaan yang ada. Dengan lulusan SMP aku tidak banyak pengalaman. Kadang kalau bekerja anakku ikut, untung saja bos ku sangat baik hati. Padahal laundry itu sangat ramai keluar masuk cucian dan hanya 3 saja pegawainya.

Pulang sekolah anakku selalu pulang ke tempat aku kerja menemaniku hingga sore hari. Berangkat jam 7 pagi pulang jam 5 sore kalau membutuhkan uang lebih biasanya aku lembur setiap harinya hingga larut malam. Sebulan aku di gaji 1 juta dan uang lemburan per harinya 25 ribu. Ya bisa buat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Aku serumah dengan ibukku yang sudah lanjut usia itu. Terkadang aku menyesali perceraian dengan suamiku. Namun entahlah memang sudah jalanku seperti ini. Setelah aku menjalani betapa susahnya mencari uang sendiri aku lebih berhati-hati dalam mengelola uang. Aku pun meninggalkan kebiasaan burukku yaitu berselingkuh dengan banyak pria.

Aku terus berusaha bekerja dengan giat agar aku memiliki sedikit tabungan untuk anakku kelak. Apalagi semakin hari anakku semakin besar aku harus menyisakan uang sedikit untuk dia. Aku juga ingin sekali memiliki motor karena setiap pagi aku harus berjalan lumayan jauh. Rencananya aku mau kredit motor agar aku tidak kesusahan jika berangkat kerja.

Bos ku juga menghendaki aku kredit motor dengan potong gaji aku perbulan. Bosku baik hati dia selalu memberikan solusi yang terbaik untukku. Aku sudah menggangap dia seperti saudara, bosku juga sudah banyak sekali membantu aku. Sering di beri sembako atau sisa lauk yang tidak di makan.

Ya lumayanlah aku mempunyai bos yang sangat baik hati. Namun semenjak aku kerja di sana aku belum tahu suaminya. Katanya suami berlayar di luar negeri kalau pulang setahun sekali. Laundry itu hanya untuk mengisi kesibukan saja karena daerah dekat dengan kampus dan banyak kost. Anak kuliahan semua jadi langganan laundry tempat aku bekerja.

Suatu hari mendekati lebaran orderan semakin ramai banyak yang mudik. Laundry hanya ada aku hingga aku kuwalahan menghadapi pelanggan. Aku pun menginap di rumah bu Rini bosku itu. Anakku juga ikut tidur di tempat kerja beberapa hari hinga sehari sebelum lebaran. Ketika itu bu Rini menjemput suaminya di bandara.

Aku membersihkan rumahnya merapikan kamar bu Rini. Rumah yang sangat luas membuat aku ngos-ngos an keringat jatuh bercucuran. Aku membersihkan rumah sekitar 2 jam. Tak lama kemudian Bu Rini pulang dengan suami dan anaknya. Aku terkejut ternyata suami bu Rini itu adalah mantan pacarku dahulu dikala SMP.

Cinta monyet jaman dahulu aku sangat terkejut dia bisa sesukses ini. Suami Bu Rini namanya Hendra, dia tampak terkejut sepertiku. Aku pura-pura tidak mengenalnya Hendra pun begitu. Aku dianggap sebagai pembantunya mungkin dia tidak tahu kalau aku karyawan di laundry milik istrinya.

Aku bergegas meneruskan pekerjaanku setrika banyak sekali. Namun aku sudah gagal focus karena aku terus kepikiran Hendra yang makin ganteng dan sukses itu. Rasanya nggak mungkin melihat penampilan Bu Rini yang biasa saja sedangkan Hendra sangat berwibawa dan ganteng sekali.

Sore pun tiba aku harus pulang ke rumah aku menutup kios sembari memberikan kunci ke Bu Rini. Aku berjalan mendekati sepasang suami istri yang sedang ngobrol di teras rumah,

“ini siapa Mah?” tanya Hendra pura-pura lupa dengan ku pada istrinya.

“ini karyawan laundry pah namanya mbak Yuli, dia rajin sekali hlo pah…” ucap Bu Rini.

“ohh… salam kenal ya Mbak”

“iya pak…”

Dengan kata-kata yang singkat aku menjawab dan aku segera berpamitan dengan Bu Rini. Dijalan aku terus bertanya-tanya, kenapa Hendra tidak mengenali aku sama sekali. Dia dulu meninggalkan aku karena dia harus pindah ke Bandung untuk meneruskan sekolahnya sedangkan aku tidak bersekolah. Jaman dulu tidak ada handphone, jadi saat itu kami surat surat menyurat.

Namun entah mengapa suratku tidak [ernah dibalas lagi,higga sekrang tahu-tahu mas hendra sudah sukses dan menjadi suami orang. Biarlah karena semua itu bagiku sudah berlalu dan kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Dia hanyalah mantan di waktu SMP dulu wajar saja dia tidak mengenali aku yang berpenampilan lusuh ini.

Aku juga tidak berharap dia mengenaliku lagi aku sudah melupakan jauh-jauh kenangan di kala itu. Aku harus tetap bekerja demi anakku, tidak memandang bahwa suami Bu Rini adalah mantanku. Keesokan harinya aku berangkat kerja Bu Rini menyuruhku untuk datang pagi hari. Orderan yang sangat menumpuk di kala itu.

Sesampainya di rumah Bu Rini aku membuka kios menyapu agar terlihat bersih,

“mbak Yuli maaf hari ini saya harus pergi, tolong ya orderannya di handel dulu. Tolong nanti bapak di belikan sayur ya untuk sarapan..”

“oh iya bu…” ucapku dengan ramah.

Saat itu aku binggung karena nanti harus menyiapkan sarapan untuk Hendra. Karena itu sudah menjadi tugasku, maka saat itu aku cepat membeli sayur sebelum Hendra bangun. Aku melakukan itu karenaaku nggak mau melihat wajahnya lagi. Setelah aku membeli sayur aku meletakkannya di meja makan. Tidak aku sanggka saat itu ada yang memegang pundakku dari belakang,

“hay Yul…”

Spontanitas akupun menolehkan wajahku, tidak kusangka dia adalah Hendra. Aku hanya terdiam dan menundukkan kepala dihadapannya. Aku menyadari dia adalah majikanku,

“maaf ya Yul aku berpura-pura tidak mengenalimu, soalnya aku takut kalau istriku berfikiran macam-macam terhadapmu…”ucap hendra padaku.

“oh iya tidak apa-apa kog Mas…” jawabku sekenanya.

“kamu sudah lama ya bekerja di sini? Oh iya Yul kamu sudah tahu tentang penyakit istriku belum..?”

“iya sudah lama aku bekerja disini Mas, Oh iya emangnya Bu Rini sakit apa ya Mas ??” tanyaku penasaran.

“istriku mengidap suatu penyakit yang membuat dia tidak bisa melayani kebutuhan sexs-ku Yul, huh…”

“haah kamu yang benar aja maas, kayaknya selama aku disini Bu Rini baik-baik aja kok mas..”

“ya begitulah dia pandai menyembunyikan penyakitnya, makanya aku jarang pulang…” ucapnya dengan wajah memelas.

Saat itu kami-pun duduk di sofa yang berada di sudut ruangan rumah. Aku juga menceritakan permasalahan yang aku hadapi dalam rumah tanggaku dulu. Kita saling curhat saling menyemangati satu sama lain. Tiba-tiba Hendra mendekati aku, dia duduk persis disampingku. Aku merasa tidak nyaman takut Bu Rini pulang dan melihat aku sedang berduaan dengan suaminya.

Entah waktu itu kejadian yang sangat tidak diinginkan terulang kembali. Hendra dengan biasa memegang dan mengelus rambutku. aku merasa nyaman berada di dekatnya. Dia semakin membuat aku terbawa suasana di jaman kita masih sekolah. Hendra mencium bibirku dengan sangat lembut. Aku menolak dengan menolehkan mukaku.

Dia terus mencoba menciumi bibirku dengan sangat bergairah. Lama-lama aku terbawa dalam kegairahan Hendra, dia mencium dan memelukku dengan sangat erat. Setelah itu dia meremas payudaraku dengan sangat keras. Aku tak kuasa menahan kenikmatan iyu karena memang sudah lama sekali aku tidak pernah dijamah pria lagi.

Kaosku dibuka sehingga aku hanya memakai bra saja. Aku nurut apa yang dia lakukan terhadapku. Payudaraku di remas-remas hingga aku lemas tak berdaya. Tampak wajah beringas Hendra yang haus akan belaian itu,

“aaaahhh…Hen…remas lagi hen…aahhhh……”

Braku yang berukuran 36B itu telepas, payudaraku yang menggantung kencang itu berada dihadapannya. Dia tampak semakin bersemangat melihat payudaraku, putting susuku dimainkan diputar-putar. Aku horny banget,

“ooohh…ooohhh…ahhhh…hennn…ooohhhhhh……”

Aku terus mendesah merasakan kenikmatan itu. Hendra dengan penuh nafsu terus saja membuat aku terangsang. Bibirnya menempel di putting susuku, dan dia mengulum putting ku yang menionjol itu. Sesekali dia tarik putiingku hingga mau lepas,

“oohhh…oohhhh….aaaahh…Hen….aahhhhhhhh……lagi hen… ah….”

Hendra melepas pakaiannya dan dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak penisnya tegak sangat besar dan masih tertutupi celana dalamnya. Aku sudah tidak sabar ingin melihat betapa nikmatnya penis Hendra itu. Badannya berada diatasku aku serasa ngap karena badan Hendra yang besar berada diatas.

Dia menciumi bibirku dengan beringas. Penisnya digesek-gesekkan ke memekku yang hanya memakai celana dalam saja. Nikmat banget,

“aaahhh…akkkkhhhh….aakkkkhhhh…aaahhh Hen…..ohhh..lagi….”

Celana dalamku aku buka aku sudah tidak sabar lagi. Hendra menegrti jika aku membuka celana dalam diapun begitu. Aku dan dia sudah telanjang bulat di sofa, sudah tidak kepikiran lagi bahwa kita melakukan di ruang tamu.Hendra mengelus memekku dari atas ke bawah. Bulu-bulu kemaluan yang rimbun membuat Hendra gemas melihatnya.

Dia memainkan jemarinya meraba dan mengelus hingga aku merasakan kenikmatan. Sangat nikmat dan membuat aku melayang,

“aaakkkkhhh….akkkkhhh……akkkhhhh……hendra aaaahhh….”

Tampak memekku basah keluar cairan yang sangat banyak. Dia menjilati selakanganku hingga aku mendesah keras,
“aaaahhhhhh…aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…..aahh lagi…aaahh……”

Aku terus memintanya agar terus memainkan aku. Memekku dijilati Hendra, wajahnya memerah dan sangat perkasa melihat memekku yang merekah itu. Setelah itu kite berposisi dengan gaya 69. Penisnya tepat didepan mulutku, aku segera menyeruput penis besarnya itu. aku kocok dan aku kulum dengan perlahan,

“aaahhh…terus yuli…terus….ahhhhhh…..”

Tampak Hendra mendesah merasakan kulumanku. Penis terus aku kocok hingga dia semakin bergairah, begitupula dia menjilati dan mengecup memekku yang terus mengeluarkan cairan itu. Penis yang besar itu rasanya tidak muat masuk ke mulutku, namun aku mencoba memasukkan seluruh penis Hendra. Tanganku tak henti-hentinya mengocok penis Hendra, semabri dia juga terus menjilati lubang memekku,

“aaahhhhhhh….aahhhh…aaaakkkhhhh terus ayo terus….akkkkkhhh…” desahan Hendra.

Dia udah nggak tahan dengan kulumanku, dia kembali ke posisi semula. Aku berada di bawahnya. Penisnya berusaha di masukkan ke dalam lubang memekku. Ujungnya diputar-putar hingga tubuhku menggeliat nikmat,

“aaaakkkkhhh…aaaaakkkhhhh..terus Hen…lagi Hen…aaahhhh….”

Hendra terus berusaha memasukkan penisnya ke dalam memekku. Batang penisnya masuk ke dalam memekku nikmat sekali,

“aaaaaakkkhhhh…aaakkkkkhh…..akkkhhh Hen…aaahhhhh…..”

Dia terus menekan penisnya yang besar itu hingga seluruhnya masuk ke dalam lubang kenikmatanku. Menggoyangkan terus penisnya gerakan Hendra sangat lihay, aku puas sekali. Aku sangat horny dibuatnya. Maju mundur keras banget gerakannya, aku tak kuasa. Tubuhku serasa bergetar dibuatnya,

“aaaaahhhhh…akkkhhhh aaahhh…..nikmat ooooohhh….”

Payudaraku diremas-remas sesekali dia mengulum putting susuku dengan penuh kegairahan. Aku terus mendesah merasakan kenikmatan. Penisnya sudah tertancap di memekku, mentok ke dalam hingga aku terus menggeliat manja,

“ooohh…ohhhh…lagii…ooohhhh…lebih keras Hen…aaaahhhh…..”

Hendra menekan sangat keras nikmatnya hingga ke ubun-ubun mataku terpejam. Sesekali aku mengangkat pantatku agar semakin nikmat,

“aaaaahhhhhhh enak banget….aaahhhh…”

Hendra meremas pantatku dengan sangat keras. Gairah itu semakin besar tak ingin aku melepaskannya. Aku berusaha menjepit penisnya yang besar itu,

“aaaaahhhhhh…..nikmat Yuli…terus jepit aaaahhhh….” Desahan Hendra.

Setelah beberapa waktu kami bersetubuh, Tak lama kemudian sperma dia keluar dan dia semprotkan di tubuhku,

“cccrrrrroooooooootttt…..cccccrrroooottt….cccrrrooooottt……..”

“aaaahhhhh…………….” Sperma yang kental dan banyak itu membasahi tubuhku.

Lega dan sangat puas itu lah yang tersirat dari wajah Hendra begitupula aku yang lama tidak di jamah. Kita membersihkan badan dan memakai pakaian kembali. Sejak saat itu setiap Hendra pulang aku selalu bercumbu dengannya dikala ada kesempatan. Dia pun selalu memberiku uang perbulan untuk memenuhi kebutuhanku.

Itulah kisahku yang berawal dari karyawan laundry yang bercumbu dengan suami pemilik laundry yang tak lain adalah mantan pacarku dahulu.

Cerita Seks Merangsang Ketika Melihat Pacar Mamah

 Cerita Seks Merangsang Ketika Melihat Pacar Mamah


Cerita Seks - cerita sex ini menceritakan kisah nyata dari seorang gadis bernama Bella. Bella yang saat itu memergoki mamahnya dan pacarnya sedang berhungan sex dirumahnya, dari kejadian itu menjadikan Bella terobsesi untuk berhubungan sex dengan pacar mamahnya.

Aku adalah gadis belia berumur 19 tahun yang memiliki wajah cantik. Aku kuliah disalah satu universitas terkenal di kotaku. Aku terlahir sebagai anak tunggal namun orangtuaku sudah bercerai sejak aku masih SMP. Panggil saja aku Bella, sebagai anak tunggal dan hanya berdua dengan mama sebisa mungkin aku selalu meluangkan waktu untuk mama.

Papa yang pergi entah kemana sudah tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Bahkan no telepon pun sudah tidak dapat di hubungi lagi. Awalnya aku sangat merindukan sosok ayah dalam kehidupan sehari-hariku. Tetapi seiring berjalannya waktu aku sedikit melupakan ayah. Ntah dipikiranku menghilang begitu saja tidak lagi merindukan atau pengen ketemu dengannya.

Ayah pun tidak ada usaha sedikitpun untuk menemui aku. Untung saja mama bekerja sebagai pegawai yang mampu memenuhi kehidupan sehari-hari. Mampu menyekolahkan aku hingga dapat berkuliah. Lama sekali mama menjanda tapi mama juga enggan mempunyai pendamping lagi. Sering aku bercanda agar mama merasa terhibur dan aku bilang mengingkan seorang ayah untuk pelipur hati mama.

Sampai sekarang mama enggan memiliki pasangan hidup mungkin karena dia trauma. Hari-hari ku setiap hari ku jalani dengan mama pergi berdua tidur pun kadang berdua. Mama sayang sekali sama aku. Suatu hari hujan tiba sangat deras.Posisisex.com. Aku dan mama bercengkrama di ruang tivi, tapi ada keanehan. Mama pegang hp terus dan sering senyum-senyum sendiri.

Tidak biasanya mama seperti ini pastinya ada sesuatu yang sedang dipikirkan mama. Aku iseng melirik HP mama tampanya sedang chat dengan teman coeoknya. Mungkin mama lagi jatuh cinta dengan seseorang,

“ngapain sih mah HP mulu deh kayaknya….”

“ahhh nggak papa Bel biasa nih WA group temen-temen pada ngirim gambar lucu…” ucap mama.

“masa sih WA group? Bukannya mama lagi chattingan sama temen cowok mama?”

“hehehe kamu ngintipin mama ya bell?” jawab mama dengan sedikit malu.

Akhirnya mama ngaku juga deh kalau lagi chattingan sama temannya dulu. Dia seorang duda dan ternyata pernah menjalincinta di masa SMA dengan mama. Semua terasa kebetulan mereka dipertemukan lagi. Mama pun mengajak aku untuk bertemu dengan Om Dodi temen mama itu. Ya aku mau aja asal mama bahagia.

Pertemuan itu berkelanjutan mama sering ketemu dengan om Dodi dan main ke rumah. Hmmm sepertinya mengarah ke hal yang serius. Aku melihat gerak gerik mama yang sangat berbeda cenderung menyendiri mainan HP. Mungkin itu masa puber kedua kali ya, usia mama belum tua 38 tahun.  Pertemuan sekitar 5 bulan mendekatkan mereka namun om Dodi enggan memberikan kejelasan.

Waktu itu hujan kembali datang sangat deras. Aku berteduh di dekat rumahku , ku takut kehujanan makanya aku berteduh di warung kopi samping rumah. Sekalian pengen ngopi di warung mas Budi. Aku sering sekali ngopi disitu karena kopinya enak dan ada ciri khas tertentu. Kadang mas Budi yang ganteng itu ngajakin aku cerita banyak hal.

Dia tetangga baruku namun seperti udah kenal lama gitu. Aku ngobrol setengah jam dan aku pulang karena hujan reda. Aku jalan pelan karena licin sekali , aku masuk ke rumah. Tumben sekali pintu tidak terkunci, aku masuk perlahan. Aku melihat ada sepatu Om Dodi di dalam. Sepertinya mama sedang berduan dengan kekasihnya.

Aku sengaja jalan mengendap-endap, niatnya supaya tidak mengganggu mereka yang sedang berduan. Ternyata mereka di kamar sedang berduaan aku mendengar suara aneh seperti desahan,

“aaaaaahhhhhhh…..” ucap mama dengan lirih.

Pintu kamarsedikit terbuka jadi aku bisa melihat apa yang sedang mereka lakukan. Aku syok karena mereka sedang berhubungan intim. Mama telanjang bulat, apalagi om Dodi kemaluannya terlihat besar dan tegang. Aku terus melihat gerakannya yang secara perlahan kemudian gerakan itu cepat. Tanpa sadar aku melihat sambil memegang memekku.

Sepertinya aku terbawa suasana, aku semakin penasaran. Kemaluan om Dodi yang besar itu coba dimasukkan ke dalam memek mama. Mama terbaring , payudara mama yang montok itu terlihat jelas. Putingnya di kulum om Dodi dengan beringas,

“aaaahhhhh…nikmat sayang…aaahhhhh….” Ucap mama dengan manja.

Aku tak kuasa melihat mereka dan aku mendekat semakin mendekat ke pintu. Penis om Dodi yang besar itu masuk ke dalam memek mama. Mama semakin menjerit keras,

“oooohhhhhhhh…….aaaahhhhhhhhh…….”

Aku melihat om Dodi mengeluarkan cairan di tubuh mama banyak sekali,

“terimakasih sayang , nikmat sekali….” ucap om Dodi.

Aku segera berlari ke kamar dan engunci pintu, Aku kepikiran terus dengan apa yang aku lihat. Aku mencoba menggunakan HP ku untuk mencari gambar-gambar mesum. Kemudian di situs itu diarahkan ke video seks. Aku pun membukanya sambil menggunakan headset. Aku penasaran sekali pengen melakukan hal yang sama seperti mama.

Aku belajar berhari-hari mempelajari gerakan demi gerakan. Aku mempraktekan sendiri dengan cara aku putar-putar putingku sendiri sampai aku horny. Ternyata benar memang sangat nikmat. Lama-lama aku berminat untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenis. Om Dodi sering datang ke rumah di kala mama masih kerja.

Tiduran biasa seperti ruha sendiri, kadang kalau aku pulang kuliah om Dodi sudah ada di sofa dengan santainya. Ntah apa yang ada dipikiranku aku pengen sekali ngeseks sama calon ayahku. Setiap kali ada om Dodi aku memakai pakaian yang sexy untuk memancing gairahnya. Sekali dua kali dia tidak menghiraukan aku. Namun untuk yang ketiga kalinya Om Dodi nggak tahan melihatku.

Waktu itu mama penataran kerja 2 hari. Om Dodi di suruh menemani aku selama mama pergi. Ini kesempatan yang sangat bagus. Sore hari aku sengaja senam di depan tivi. Om Dodi duduk di sofa, aku sengaja senam yang dapat menggairahkan seksnya. Aku memakai baju senam yang menutupi payudara pusarku pun terlihat. Aku sengaja tidak memakai BH, putting susuku menonjol dengan jelas.

Celana yang super pendek dengan tubuhku yang sexy itu terlihat sangat merangsang,

“kamu mau kemana Bel sexy sekali….”

“ini om mau senam di sini…”

Akupun memutar video itu selama 10 menit keringat jatuh bercucuran. Om Dodi melihat gerakanku dengan mata tajam,

“jepit…lepas…jepit….lepasss…..” gerakan senam kegel untuk menggairahkan pria.

Lekuk tubuhku dan gerakanku memang benar membuat om Dodi terangsang. Aku pun pura-pura terjatuh dipangkuannya. Dia mendekapku dengan erat, hangat sekali dekapannya. Tetapi aku melepaskannya karena aku tidak PD dengan bau keringat itu,

“aku mandi dulu ya om…”

“jangan lama-lama ya Bel…”

Sepertinya om Dodi sudah memberikan kode keras artinya dia paham dengan apa yang aku mau. Aku semakin bersemangat aku mandi bersih luluran sekaligus membersihkan memekku supaya harum menambah gairah om Dodi. Aku keluar dengan menggunakan lingerie tanp BH. Aku sepertinya sudah siap untuk ngeseks sama om Dodi. Aku pura-pura duduk di computer mengerjakan tugas.

Padahal aku melihat video porno dengan suara yang pelan. Om Dodi keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kolor saja. Dia lewat di belakanganku dan berkata,

“kamu lihat apaan sih bel?”

“enggak om…hehe…” aku mencoba menutupi layar computer.

Tampaknya om Dodi penasaran dia duduk dikursiku dan memintaku untuk membuka layar computer itu,

“jangan ommmm…Bela kan malu om…..”

“nggak usah malu bel mumpung nggak ada mama kamu..sepertinya gerak gerikmu memang memancing om untuk menikmati indah tubuhmu….” Ucap om Dodi dengan penuh birahi.

“aku ambil kursi dulu ya om, kita nonton bareng….”

“ngapain ambil kursi sini duduk dipangkuan om saja….”

Aku seneng sekali duduk dipangkuan om Dodi yang hanya memakai kolor itu. Aku segera duduk dipangkuan om dodi, aku membuka rokku dan segera menduduki pahanya. Memekku sepertinya pas banget sama penisnya.  Tubuhnku yang binal membuat om Dodi dengan cepat terangsang. Aku melihat video porno itu kebetulan video itu anak muda dengan orangtua seusia om Dodi.

Tiba-tiba om Dodi menciumi leherku, rambut panjangku dia tali keatas sehingga dia puas menciumi leherku,

“aaaahhhhhhhhhhh…..” desahan manjaku mulai terucap.

Tangan om Dodi bergerak memegang payudaraku yang besar dan kenyal itu. Lingerie tipis itumembuat om Dodi sangat horny,

“kenyal keras dan sangat mantap apalagi kamu tidak memakai BH…ooohhhhh nikmat…” ucap om Dodi.

“remas om…remas terus……”

“sabar bel..om akan buatmu melayang serasa terbang….”

“Aku udah nggak sabar om puasin bella seperti om puasin mama yahhhh….”

Aku pun berbalik badan wajahku dan wajah Om Dodi bertatapan. Dia langsung menciumi bibirku dengan perlahan. Lidahku aku julurkan bibirnya menarik dengan keras. Terasa sekali penis om Dodi mulai menengang mengenai memekku. Aku bergerak aku sedikit menggoyangkan memekku , ohhh nikmat sekali.

Lingerieku dilepas om Dodi aku telanjang, payudaraku yang montok itu menggantung dengan keras. Om Dodi tampak gemas denganku, aku pun digendong masuk ke kamar. Aku terbaring tanpa kain sehelaipun, dia melepas kolornya. Tampak penis yang besar dan tegang itu , aku nggak sabar ,

“oommm buruan om….aku ingin penis itu om…..”

Om Dodi diatas tubuhku dadanya bergesekan dengan payudaraku. Dia mengulum putting susuku yang semakin menegang itu. Kedua putting susuku dia kecup dengan penuh kenikmatan,

“aaaahhhhhhh…ooohhhh……ooommm….lagi om…aaahhhh……”

Nikmat sekali kuluman om Dodi dia mencoba mencium bibirku tetapi aku menolak. Aku memintanya terus meremas dan memainkan putting susuku. Tubuhku menggeliat manja merasakan kenikmatan itu. tangan om Dodi meraba memekku yang basah. Aku sduah orgasme berkali-kali.  Dari atas hingga ke bawah dia meraba, jarinya dia coba masukkan ke dalam memekku,

“sssshhhh aaaahhhhhh…aaaahhhhh….ooohhhh…..”

“om mau dong kulum penisnya…”

“iya bella sayang….”

Om Dodi menempatkan diri dia terbaring aku berubah posisi diatasnya. Aku mencoba menjilati selakangannya dan menjilati bagian penisnya yang memanjang itu,

“ssssshhhhh aaahhhhhhh…..nikmat bel….aaaaahhhhhhh…….”

Aku memasukkan penisnya ke dalam mulutku aku kulum hingga om Samdi terus mendesah. Tanganku mengocok penis om Dodi dengan perlahan,

“aaakkkhh pandai sekali kamu sayang….aaaahhhhhhhh…….”

Aku terus mencoba membuat om Dodi memuncak. Penis yang besar itu masuk seluruhnya ke dalam mulutku hingga aku juga semakin klimaks,

“ooohhhh terus Bela sayang aaaaaahhhhhhhh……”

Kuluman itu aku lepaskan da nom Dodi berubah posisi kembali. Dia mencoba memasukkan penisnya ke dalam memekku. Karena aku masih perawan om Dodi sangat pelan memasukkannya. Ujungnya dia gesek-gesekkan ke lubang memekku. Masuklah ujung penis itu ke dalam memek perawanku, sakit dan perih rasanya,

“ooohhhh sakit om….aaaaakkkhhh….oommm……”

Tanganku menggengam erat pundaknya aku menahan kesakitan. Kesakitan itu berubah menjadi kenikmatan, setelah seluruh batang penisnya masuk ke dalam memekku,

“ooohhhhh….aaaahhhhh…..aaahhhhh….ooohhhhhhh….oommm….aaahhhhh”

Om Dodi menekan penisnya ke dalam dengan cepat, ada sedikit darah yang keluar mungkin itu selaput keperawananku sudah pecah,

“aaaahhhhh…..ooohhhh….om…nikmat om……”

Tekanan itu sangat keras membuat tubuhku mengejang dengan cepat. Aku merasakan kenikmatan yang tak terkira. Penis itu keluar masuk ke dalam memekku, penisny aseras tertancap di dalam memekku. Wajah beringas itu ada di hadapanku, keringat yang sangat bercucuran jatuh membasahi tubuhku. aku terus mendesah merasakan kenikmatan,

“lebih keras om….oohh..aahhhh….aaakkhhh…lagi om……”

Tak lama kemudian om Dodi menegluarkan spermanya,

“cccrrooootttt….cccrrroooootttt….ccrrroooootttt……”

Tepat di mulutku dan aku menelannya, ohhh banyak dan kental namun semua itu aku menikmatinya. Kemudian aku memebersihkan tubuhku di kamar mandi. Aku mandi bareng dengan Om Dodi.

Kita bermain air saling berpelukan bahkan penis om Dodi mulai menegang kembali. Aku pun bercumbu kembali di kamar mandi dengan gaya doggie style. Aku menungging dan om Dodi memasukkan penisnya dari belakang,

“aaahhhh…oohhh……aahhh ini lebih nikmat om…aaahhhhh….”

Pantatku dipegang dengan erat secara tidak sadar aku pun menggerakan tubuhku maju mundur. Nikmat sekali ,

“aaahhhh ommmm aaaakkkhhhhhhhhhh…..”

Tidak lama sperma kedua keluar dia semprotkan dipunggung ku banyak sekali. Kita mandi bersama membersihkan tubuh dan kemudian makan malam berdua. Tidur pun malam itu berdua dengan om Dodi, aku tidak memakai dalaman hanya menggunakan lingerie.  Sangat nikmat malam itu dunia serasa milik berdua. Hingga matahari terit kit amasih dalam satu ranjang.

Sejak saat itu aku da nom Dodi sering melakukan hubungan seks jika mama sedang bepergian. Hubungan kamipun masih terus berjalan hingga sekarang dan tanpa sepengetahuan mamah. Sekian.

Tuesday, August 8, 2017

Cerita Mesum Melunasi Hutang Suamiku

Cerita Mesum Melunasi Hutang Suamiku



Cerita Mesum - Aqu adalah seorang iibu rumah tangga biiasa usiaku 28 tahun namaqu Delia aqu mempunyaii Swami yg namanya Parjono dan bekerja sbg tukang bangunan yg apabila ada proyek dia bekerja, kalo tak ada proyek Parjono hanya nganggur duduk di rumah saja, usiaku dan Swami sama jadi aqu tak mengandalkan pemasukan darii Swamiku saja.

Aqu sudah menyuruh dia untuk bekerja di pabriik tetapi dia tak mau, sudah 4 tahun ini perniikahan kita belom dikaruniia anak, kerana Swamiku juga tak mau bekerja jadi hutang kita disana disini semakin banyak. Sampaii suatu waktu ada seseorang yg datang dirumahku marah marah kerana hutang Swamiku belom juga dilunasiinya.

Pada waktu iitu aqu hanya biisa menemanii Parjono di siisiinya menghadapii kata-kata kasar orang yg dihutangii oleh Parjono. Aqu sendirii meliihat gelagat yg aneh darii orang iitu. Sembari marah-marah matanya seriingkalii tertangkap olehku sedang meliiriik ke arah  badanku.

Aqu sendirii memang mempunyaii badan yg cukup bagus menurutku. Tiinggii 170cm (termasuk tiinggii untuk wanita lokal), berat 60kg, kulit sawo matang, dgn ukuran dada 36. Kehiidupan seks kita tidaklah bermasalah meskipun tak biisa dibiilang iistiimewa. Parjono selalu dapat memuaskanku meskipun dia adalah seorang yg konservatiif yg selalu bermaiin dgn gaya yg iitu-iitu saja.

Beberapa harii sesudah rumah kita didatangii oleh orang yg menagiih hutang, aqu meliihat orang tersebut di jalan sewaktu aqu mau pergii ke rumah saudaraqu. Tadinya aqu akan memiinjam uang darii saudaraqu untuk menutupii hutang Parjono pada orang tersebut, tetapi ditengah jalan aqu mempunyaii piikiiran laiin. Aqu iikutii orang tersebut untuk mengetahuii dimana rumahnya.

Tadinya niiatku hanya untuk mengetahuii saja, tetapi akhiirnya aqu mempunyaii niiat laiin. Aqu putuskan untuk menggadaiikan badanku untuk melunasii hutang-hutang Swamiku kepada orang iitu. Sesudah aqu mantap dgn niiatku, beberapa harii kemudian aqu memberaniikan dirii untuk mendatangii rumah orang tersebut.

Rumah orang iitu memang sangat besar dan mewah. Sesudah berhasiil mengatasii rasa gugupku akhiirnya kuberaniikan dirii untuk memencet bel. Tak lama kemudian seorang laki laki kurus yg kupiikiir adalah pesuruh di rumah iitu keluar.

“Nyarii siiapa bu?”

“Hmm. Bapaknya ada?” tanyaqu pada laki laki tersebut.

“IIbu siiapa? Biiar saya sampaiikan ke Bapak.”

“Biilang aja darii Isterinya pak Parjono.” Akhiirnya pesuruh iitu masuk ke dalam rumah dan tak lama berselang dia keluar lagii untuk membukakan pagar.

“Tunggu aja di ruang tamu bu.” Katanya padaqu.

Langsung saja aqu menuju ke arah yg ditunjuknya. Sebuah piintu darii kayu jatii dgn ukiiran yg sangat cantiik. Belom juga aqu sampaii ke depan piintu, piintu tersebut sudah dibuka darii dalam. Rupanya yg membukakan piintunya adalah orang yg kucarii.

Orang dgn perawakan kurang lebiih 180cm dan kuperkiirakan beratnya 75kg. Aqu pikir usianya sekiitar 50 tahun. Berkulit hiitam dan terliihat masiih segar. Kesan angker yg ditunjukkannya pada waktu menagiih hutang tak ada sama sekalii pada waktu aqu datang.

Justru aqu menangkap kesan ramah dan sopan darii dia. Dia langsung menjabat tanganku sembari menyebut namanya.

“Hartono. Marii masuk bu…”

“Delia” Jawabku langsung sewaktu meliihat dia kebiingungan.

“Oh iiya. Bu Delia siilahkan masuk” Aqu langsung masuk menuju ruang tamu. Dan Pak Hartono langsung memersiilakan aqu untuk duduk.

“Mau miinum apa bu Delia?”

“Ah gak usah repot-repot pak” jawabku dgn gaya basa-basii bangsa tiimur.

Akhiirnya Pak Hartono menyuruh pembantunya untuk membuatkan siirup. Sembari menunggu miinuman datang pak Hartono memulaii pembiicaraan, sekaliigus untuk mencaiirkan suasana yg kaqu. Seolah-olah dia tahu kalo aqu gugup dan grogii bertemu dgnnya.

Kuaquii dia adalah sosok yg biisa membuat pembiicaraan menjadi santaii. Ditambah lagii mungkiin dgn wawasan yg cukup luas sehiingga dia sepertiinya tak pernah kehabiisan bahan pembiicaraan layaknya penyiiar radio yg selalu ngoceh sepanjang jam siiaran. Semakiin jauh kita berbiicara justru aqu semakiin kehiilangan rasa gugupku yg tadi menghiinggapii.

Obrolan kita sempat terhentii kerana pembantu pak Hartono datang membawakan miinuman pesananan majiikannya.

“Siilahkan dimiinum bu Delia”

“Oh iiya pak. Teriima kasiih.” Tak lama langsung saja kuteguk miinuman yg disuguhkan.

“Kok sepii ya pak? Isteri bapak lagii keluar?” Tanyaqu unuk memulaii obrolan kembalii.

“Isteri saya sudah lama meniinggal.”

“Oh maaf pak, saya gak tahu”

“Oh gak apa-apa. Oh iiya bu Delia sudah berapa lama meniikah dgn pak Parjono?”

“Empat tahun pak. Tetapi ya giitu deh pak. Mas Parjono gak pernah punya kerjaan tetap. Jadi makiin lama makiin numpuk aja hutangnya. Ditambah lagii sampaii sekarang kita belom juga punya anak” kataqu sekaliian curhat sedikiit ke pak Hartono.

Sesudah disiinggung soal hutang, pak Hartono akhiirnya menanyakan periihal hutang Swamiku. Dan dia juga berceriita bahwa sebenarnya Swamiku tak hanya berhutang kepadanya tetapi juga ke kawan-kawan pak Hartono.

Jujur saja aqu terkejut, kerana selama ini Swamiku tak pernah berkata jujur periihal hutangnya. Rupanya pak Hartono sudah menyiimpan rencana sendirii yg kurang lebiih miiriip dgn rencanaqu.

Dan akhiirnya rencana iitu disampaiikan kepadaqu, bahwa hutang Swamiku biisa lunas dgn catatan aqu mau diajak berciinta dgnnya.

Pengurangan hutang Swamiku satu juta setiiap aqu melayaniinya. Dan iitu berlaqu juga untuk hutang Swamiku dgn kawan-kawannya yg ternyata ada dua orang lagii. Dan ternyata Swamiku berhutang sepuluh juta ke setiiap orangnya. Ini berartii aqu harus berciinta tiiga puluh kalii, esexeseks.com dgn setiiap orangnya aqu layanii sepuluh kalii.

Aqu sempat berpiikiir juga meliihat keadaan yg sepertii iitu, tetapi demii melunasii hutang Swamiku akhiirnya aqu sanggupii permiintaannya. Akhiirnya aqu disuruh kembalii lagii keesokan hariinya, kerana harii iitu Pak Hartono sudah mempunyaii janjii dgn rekan biisniisnya.

Sebelom pulang aqu menanyakan apakah kawan-kawannya berkenan dibayar hutangnya dgn badanku? Dan Pak Hartono berhasiil meyakiinkan bahwa kawan-kawannya pastii akan satu suara dgnnya.

Akhiirnya keesokan hariinya aqu datang kembalii ke rumah Pak Hartono. Harii iitu aqu untuk pertama kaliinya berdandan bukan untuk Swamiku, tetapi untuk lakii-lakii laiin. Aqu datang dgn pakaiian tetap casual saja.

Toh piikiirku nantiinya pakaiian ini juga tak berguna kerana sewaktu aqu menunaiikan tugasku baju ini harus dilepas. Yg jelas aqu mempersiiapkan mentalku untuk hal ini. Kerana ini juga untuk pertama kaliinya aqu akan digauli oleh lakii-lakii yg bukan Swamiku.

Dan yg jelas aqu juga mempersiiapkan kemaluanqu. Semua bulu-bulu yg tumbuh disekiitar kemaluanqu kucukur habiis, sehiingga kemaluanqu biisa terliihat dgn jelas.

Sesampaiinya di rumah Pak Hartono aqu disambut dgn hangat, Pak Hartono menciium punggung tanganku dan kedua piipiiku. Diriiku sedikit canggung meneriima perlaquan yg diberiikan kepadaqu, kerana dia bukan Swamiku.

Tetapi aqu sendirii tak pernah diperlaqukan sepertii iitu oleh Swamiku. Waktu iitu aqu merasa diperlaqukan layaknya seorang wanita. Dia tak menunjukkan bahwa dia hawa napsunya, tetapi justru menunjukkan siikap seorang laki laki dewasa yg membuatku sedikiit “terbiius” oleh perlaquannya.

Sesudah sambutan hangatnya aqu langsung diajak menuju kamarnya. Kamar yg cukup mewah bagiiku. Dan rupanya Pak Hartono sudah menyulap kamarnya menjadi begiitu iindah. Wangii bunga sudah memenuhii seiisii kamarnya.

Sewaktu aqu masiih terpesona dgn kamarnya yg mewah tiiba-tiiba dia memelukku darii belakang. Refleks dan sedikiit terkejut membuat diriiku sedikit memberontak. Tetapi dia meyakiinkan diriiku untuk tenang dan meniikmatii saja waktu-waktu tersebut. Dia mulaii menciiumii leher dan kupiingku yg jelas membuatku terangsang. Lalu dia membaliikkan badanku sehiingga kita saliing berhadapan.

“Boleh kupanggiil Delia saja?” tanyanya padaqu.

“Hmm.. boleh aja pak”

“Wah. Jangan panggiil pak dong. Panggiil saja Hartono. Supaya lebiih mesra.”

“IIya Hartono. Boleh aja kalo kamu mau panggiil aqu Delia.” aqu mulaii meniikmatii keadaan.

“Hmm.. Delia. Sebenarnya ada satu lagii kejutan untukmu harii ini.”

“Apa iitu?” Belom dia menjawabnya tiiba-tiiba piintu kamar terbuka.

Lalu ada dua orang memasukii kamar tersebut. Hal iitu jelas saja membuat aqu terkejut.

“Ini dia kejutannya. Ada dua orang lagii kawanku yg dihutangii Swamimu yg iingiin iikut bermaiin dgn kiita.”

“Tetapi Hartono…”

“Tenang saja. Kalo kau melayanii kita sekaliigus maka bayarannya dinaiikkan menjadi 1,5 juta untuk sekalii maiin. Tak lagii satu juta.”

Sebenarnya aqu sedikit keberatan juga dgn keadaan iitu. Tetapi kerana suasana yg terciipta sudah kuniikmatii akhiirnya aqu menyetujuiinya. Kedua kawannya memang berbeda sekalii dgnnya.

Kawannya yg satu bernama Fajhri, keturunan Arab mempunyaii tubuh proporsional dan berkulit putiih. Sedangkan yg satunya bernama Ku Chai, keturunan Ciina. Tetapi yg jelas ketiiganya mempunyaii postur badan yg sama. Tiinggii besar dan tegap. Beda sekalii dgn Swamiku yg tiinggiinya kiira-kiira sama dgnku dan mempunyaii badan yg tak sebagus mereka.

Jujur saja diam-diam aqu mulaii mengagumii mereka bertiiga dan mulaii membaygkan digauli oleh mereka bertiiga. Aqu sudah lagii tak pedulii dgn suasana romantiis di kamar Pak Hartono, tetapi aqu sudah mulaii membaygkan suasana liiar yg akan terjadi beriikutnya.

Tiiba-tiiba saja Pak Hartono sudah mulaii menciium biibiirku. Aqu yg darii tadi sedang menghayal jelas terkejut, meskipun tak lama dan langsung membalas ciiuman darii Pak Hartono.

Tak lama berselang Fajhri dan Ku Chai langsung bergabung. Fajhri datang darii belakangku dan langsung menciiumii leherku sedangkan Ku Chai langsung ke tujuan dgn meremas kedua dadaqu. Hal ini jelas saja membuat napsuku meledak. Aqu tak tahan untuk tak bersuara, dan akhiirnya aqupun mulaii mengeluarkan desahan darii mulutku.

Sesudah iitu bajuku dan celana panjang yg aqu pakaii mulaii dilepas darii badanku sehiingga terliihat bra dan cd yg aqu kenakan. Hal ini jelas saja membuat mereka bertiiga tambah liiar untuk menjamah badanku.

Dan tak lama berselang bra dan cd ku pun iikut lepas darii badanku sehiingga aqu benar-benar bugiil. Sudah tak ada lagii perasaan canggung dan malu di diriiku. Yg ada hanya napsu yg sudah berada di ubun-ubun.

Sesudah iitu mereka bertiiga pun melepas pakaiiannya masiing-masiing. Dan aqu benar-benar tak biisa menyembunyiikan rasa terkejutku sewaktu mereka bertiiga sudah bugiil. Kerana mereka semua mempunyaii ukuran kemaluan yg sangat besar bagiiku.

Panjang kemaluannya sekiitar 20 cm dan berdiameter kiira-kiira 4-5 cm. Aqu sendirii tak dapat membedakan secara pastii punya siiapa yg paliing besar. Kerana ukuran kemaluan mereka yg hampiir sama. Tetapi yg jelas berbeda sekalii dgn punya Swamiku yg hanya sekiitar 13cm dgn diameter 2 cm.

Aqu dihadapkan dgn tiiga kemaluan raksasa. Perasaan taqut dan penasaran bercampur aduk di diriiku. Taqut kerana belom pernah meliihat kemaluan dgn ukuran sebesar iitu. Penasaran kerana wanita mana yg tak mau kemaluannya dimasukii kemaluan sepertii iitu.

Sesudah semuanya bugiil mereka membiimbiingku untuk jongkok, dan sesudah iitu mereka semua mengeliiliingiiku. Mereka miinta dioral secara bergantiian. Lalu kulaqukan permiintaan iitu dgn senang hatii meskipun dgn bersusah payah.

Aqu seriing mengoral Swamiku, tetapi yg ini beda. Tiiga kemaluan dgn ukuran jauh darii kemaluan Swamiku. Ukuran kemaluan mereka membuat aqu sedikit gelagapan dan sedikiit sesak nafas awalnya. Tetapi lama-lama akhiirnya aqu biisa menguasaii keadaan juga.

Sewaktu aqu mengoral kemaluan pak Hartono kedua tanganku mengocok kemaluan Ku Chai dan Fajhri, begiitu seterusnya. Jiika satu sedang kuoral maka yg dua lagii kebagiian kocokan tanganku.

“Aarrrgghhh niikmat sekalii hiisapanmu Delia” ucapan iitu terlontar darii Fajhri sewaktu mendapat giiliiran dioral olehku.

Ku Chai mendapat giiliiran terakhiir untuk kuoral. Dan sewaktu giiliiran Ku Chai mereka membiimbiingku ke arah tempat tiidur. Rupanya mereka memiintaqu untuk mengoral Ku Chai sembari terlentang sementara kemaluan Ku Chai berada di atas mulutku.

Sewaktu sedang asiik-asiiknya meniikmatii kemaluan Ku Chai, tiiba-tiiba kurasakan rangsangan hebat di kedua payudaraqu dan di kemaluanqu. Rupanya Fajhri sedang asiik menggeraygii kedua payudaraqu. Dia sedang asiik meremas dan menjiilatii kedua payudaraqu.

Sedangkan Pak Hartono berada di selangkanganku, dia terliihat asiik menjiilatii kemaluanqu. Terang saja aqu mengoral Ku Chai sembari mengerang (iingiin berteriiak tak biisa kerana mulutku disumpal kemaluan Ku Chai) keenakan kerana perlaquan kedua orang tadi terhadap dua tempat sensiitiif di badanku.

Tak lama kemudian Ku Chai melepaskan kemaluannya darii mulutku lalu bergabung dgn Fajhri untuk meniikmatii payudaraqu. Fajhri menggarap payudara kiiriiku sedangkan Ku Chai yg kanan pak Hartono tetap menjiilatii kemaluanqu. Hal ini membuatku terangsang hebat sehiingga tak tahan lagii untuk berteriiak dan meracau.

“Aarrrrgghhh, niikmat banget… teruuussss… aaarrgghhh… aayoo teruusss” Akhiirnya aqu sampaii juga pada orgasmeku yg pertama.

Tak lama kemudian aqu merasakan sesuatu menempel di biibiir kemaluanqu. Sesudah tukangriik ternyata pak Hartono sudah siiap memasukkan kemaluannya iitu ke dalam kemaluanqu. Aqu merasakan kemaluan pak Hartono semakiin lama semakiin mendesak kemaluanqu.

Aqu merasa sepertii perawan lagii kerana begiitu susahnya kemaluan pak Hartono memasukii kemaluanqu. Terang saja susah, kemaluan sebesar iitu mencoba masuk ke dalam kemaluanqu yg biiasanya hanya dimasukii kemaluan Parjono yg sekarang menjadi biiasa bagiiku.

Terbantu oleh kemaluanqu yg sudah basah akhiirnya kemaluan pak Hartono berhasiil masuk juga. Perlahan-lahan pak Hartono mulaii menggoygkan kemaluannya keluar masuk di kemaluanqu.

“Arrrghhh Hartono… terus… cepetiin donkk.. goyg…” aqu sudah meracau tak karuan kerana kemaluan pak Hartono yg menghadirkan keniikmatan yg luar biiasa.

Ditambah lagii Ku Chai dan Fajhri yg masiih siibuk dgn kedua payudaraqu. Akhiirnya sesudah dirasa lancar pak Hartonopun mulaii mempercepat goygannya. Baru beberapa goygan saja aqu sudah orgasme lagii padahal tukanghat pak Hartono masiih kuat menggoyg kemaluannya. Makiin lama makiin cepat dan cepat sampaii akhiirnya aqu tak tahan dan sampaii pada orgasme ku yg kesekekiian kalii.

Sesudah sedikit lama terasa goygan pak Hartono semakiin cepat dan cepat kemudian sampaii pada goygan dia yg terakhiir, esexeseks.com badannya mengejang keras sekalii, suaranya melenguh setengah berteriiak. Dan aqu biisa merasakan kalo dia orgasme.

Semburan spermanya di dalam kemaluanqu terasa sekalii. Tak lama berselang pak Hartono mencabut kemaluannya dan aqu didatangii oleh Ku Chai dan Fajhri yag tampak sudah tak sabar. Aqu liihat Ku Chai membawa baby oiil.

“Untuk apa?” tanyaqu.

“Sudahlah niikmatii saja” begiitu kata Ku Chai.

Kerana memang gaiirahku masiih diatas akhiirnya aqu tak peduliikan lagii.

Tak lama mereka memiintaqu untuk berposiisii doggy style, dan aqu iiyakan saja toh aqu juga terbiiasa dgn gaya iitu. Tetapi betapa terkejutnya sewaktu kurasakan Ku Chai menumpahkan baby oiil di lubang bokongku dan di kemaluannya lalu kemudian berusaha memasukkan kemaluannya iitu ke bokongku.

Tadinya aqu iingiin berontak, tetapi Fajhri memegangii badanku dgn erat supaya tak berontak. Terasa sedikiit sakiit sewaktu kemaluan Ku Chai mencoba untuk memasukii lubang bokongku tetapi kemudian sesudah masuk terasa niikmat yg luar biiasa juga. Tak kalah dgn niikmatnya sewaktu masuk ke kemaluan.

Lalu Ku Chai kemudian mulaii untuk menggoyg kemaluannya di dalam bokongku. Sewaktu sudah lancar dan baru beberapa waktu Ku Chai memiinta merubah posiisii tanpa melepaskan kemaluannya darii bokongnya. Kita berdua terlentang dan bertiindihan dgn aqu diatasnya.

Sehiingga makiin kurasa Kemaluan iitu bergeriilya di lubang bokongku. Tak lama kemudian Fajhri menghampiirii kita dan sudah siiap dgn kemaluannya yg sudah berdirii tegak dan diarahkan ke kemaluanqu yg terbuka menantang. Akhiirnya Fajhri memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluanqu berbarengan dgn Ku Chai dia menggoygkan kemaluannya keluar masuk kemaluanqu.

Sebuah pengalaman luar biiasa yg belom aqu alamii sebelomnya. Aqu digauli dua lakii-lakii secara bersamaan. Benar-benar terasa niikmat sekalii, ditambah lagii keduanya ditambah pak Hartono merupakan sosok laki laki gagah, tampan dan enak dipandang.

Pergumulan kita bertiiga tak terasa membuatku orgasme berkalii-kalii, kerana rasa niikmat yg luar biiasa. Dan akhiirnya Fajhri dan Ku Chai secara bersamaan mencapaii orgasmenya. Ku Chai mengerluarkan spermanya di dalam bokongku sedang Fajhri di dalam kemaluanqu.

Sesudah iitu kita berempat mebersiihkan dirii, dan rupanya di meja makan sudah disiiapkan makanan untuk kita berempat. Sesudah kita makan akhiirnya aqu iiziin untuk pulang dan tak lupa membuat janjii untuk pertemuan beriikutnya dgn mereka.

Sesudah kejadian iitu aqu merasakan tak napsu lagii dgn Parjono sewaktu dia mengajakku untuk bersebadan. Aqu hanya berusaha menjalankan kewajiibanku saja. Tetapi jujur saja aqu tak merasa puas. Kerana aqu sudah menemukan sesuatu yg lebiih diluar sana.

Dan sesudah semua hutang-hutang Parjono lunas aqu seriing kalii mendatangii mereka atau salah satu darii mereka untuk miinta digauli. Aqu sudah sampaii pada taraf ketagiihan yg luar biiasa. Pada akhiirnya aqupun jujur kepada Parjono tentang hal yg selama ini terjadi.

Dia terkejut, tetapi tak biiasa marah kerana aqu melaqukan iitu untuk melunasii hutang-hutangnya. Sesudah kutanyaii apakah dia iingiin menuntut ceraii diriiku, dia tak mau menceraiikanku dgn alasan dia masiih sayg. Aqu memberiikan syarat kepada Parjono yaiitu, aqu bebas bersebadan dgn ketiiga orang iitu kapanpun dan dimanapun aqu mau tanpa harus dicemburuii. Akhiirnya Parjono menyetujuiinya, kerana masiih menyaygiiku.

Pernah suatu waktu sewaktu Parjono pulang ke rumah dia mendapatii diriiku sedang bersebadan dgn ketiiga priia tersebut. Sewaktu dia akan pergii justru dia dipaksa untuk duduk dan menyaksiikan kita oleh pak Hartono, Ku Chai dan Fajhri.

Bahkan dia juga ditelanjangii oleh mereka didepanku. Mereka sengaja melaqukan iitu hanya untuk membandingkan ukuran kemaluan mereka dan Parjono dan memang kemaluan Parjono menjadi terliihat keciil sekalii. Sebenarnya aqu kasiihan meliihatnya diperlaqukan sepertii iitu.

Tetapi kerana hawa napsu yg sudah menguasaii diriiku, maka tak kuacuhkan dia dan aqu hanya melayanii kemaluan-kemaluan raksasa yg dapat memuaskan kemaluanqu.

Cerita Dewasa Hasrat Liar Seks Pasutri

Cerita Dewasa Hasrat Liar Seks Pasutri


Cerita Dewasa - Namaku Indra 29 tahun, sedangkan istriku Lisa setahun lebih tua dariku. Aku dan istriku pertama kali bertemu saat aku pindah tugas di kantor yang sama dengan istri aku, hubungan kami selalu hangat dikeseharian selama 5 tahun lebih kami jalani. Kami saling terbuka, saling jujur dan dari semua itu kami bisa saling percaya satu sama lain. Untuk kehidupan sex kami saling terbuka terhadap apa yang masing-masing inginkan dan fantasikan. Berawal dari hobi kami yang sama-sama suka menonton film bokep dan saling berfantasi dalam bercinta, kehidupan sex kami berdua menjadi liar tak terkendali.

Sebelum kami berpacaran dan menikah, Lisa adalah wanita primadona di kantor. Lisa cukup cantik dengan wajah sedikit oriental meski berdarah jawa. tingginya kira-kira 168cm dengan tubuh yang padat berisi dan kulit putih mulus terawat, cukup banyak teman-teman kantor yang sering mengajaknya keluar makan malam dan kencan dengan Lisa, namun selama itu Lisa hanya menjalaninya sebatas jalan dan makan malam, tidak pernah lebih dari itu. Namun pengalaman sexnya lebih banyak ketika Lisa kuliah dulu, ketika kami akan bercinta aku sering menyuruh Lisa bercerita dan mengingat pengalaman sexnya dulu.

Aku suka sekali saat dia mercerita dan merangsangku dengan handjobnya yang hot. Dia bercerita tentang pengalamannya ketika pertama diperawani, cowok keduanya yang selalu Lisa puji karena punya ‘senjata’ yang besar dan panjang, cowok ketiganya yang belum pernah masukin kontolnya karena takut Lisa hamil namun hampir setiap hari minta handjob dan blowjob, dan beberapa kenakalannya ketika handjob dan blowjob teman-teman cowoknya dulu yang bukan pacarnya.

Lisa pun terkadang memintaku menceritakan pengalamanku dengan cewek sebelum kami menikah, fantasi seperti itu membuat perasaan menjadi ga karuan horny + cemburu + penasaran, sering kami saling masturbasi bersama dengan bergantian bercerita hal-hal semacam itu, terkadang kami bercinta dengan menyebut nama mantan kami masing-masing dan hal itu menjadikan acara bercinta kami menjadi luar biasa.

Eksibisionis pertama kami, hari itu hari sabtu saat libur weekend kami berdua. Pagi itu aku sedang asik menonton TV, Lisa datang menghampiriku.

“Pi ada acara gak hari ini?” tanya Lisa padaku.

“Engga ada emang kenapa?” kataku balik bertanya.

“Cari ide gila dong… aku lagi pengen ‘nakal’ nih” ajak Lisa sambil bersandar disampingku.

“ide gila apaan ya?” sahutku sambil mencoba berpikir.

Tiba2 tangan Lisa bergerilya mengelus kontolku yang masih pulas tidur di dalam celana boxerku.

“Ayolah masa gak ada ide?” tanya Lisa mendesakku.

Tangan Lisa menurunkan celana boxerku hingga terlihat utuh batang kemaluanku, melihat kontolku dalam posisi bebas Lisa langsung menyambarnya dengan mulut dan memainkannya dengan lidah. Merasakan permainan mulut dan lidah Lisa, kontolku langsung tegap berdiri, kami melakukan di ruang tengah tempat kami nonton TV dan berkumpul. Dirumah kami selain aku, Lisa, dan anak kami yang berumur 4 tahun juga ada sepupu Lisa dari jakarta yang kuliah dikota ini dan Tiwi seorang pembatu kami yang sekaligus baby sitter. Tiwi sudah sekitar 2 tahun bekerja di rumah kami, umurnya masih muda, 23 tahun. Hari ini anakku tidak dirumah, kakek dan neneknya mengajak anakku bermalam di rumah mereka. Rani sepupu Lisa sedari pagi tadi sudah keluar gak tau kemana. Tinggal Tiwi pembantuku yang tadi aku lihat di dapur memasak untuk sarapan kami. Sekitar hampir sepuluh menit Lisa mainin kontolku dengan mulutnya, kemudian aku mengangkat kaos biru Lisa melepaskan dari tubuh montoknya. Terlihat toket Lisa yang tidak tertutup bra bergelayut bebas.

“Kalau cari idenya sambil ML pasti dapet pi” kata Lisa sambil berdiri didepanku.

Dia menurunkan celana pendeknya sekaligus cd merah yang dia pakai. memek tembem favoritku tersaji di depan mataku, aku turunkan juga boxerku sambil duduk dan melepaskah kaos putihku, sekarang kami telanjang bulat saling berhadapan. Lisa tidak langsung mendekatkan tubuhnya padaku, dia naikkan kaki kanannya di samping pahaku dan dengan lembut dia memainkan memeknya yang terlihat basah, sambil tangan satunya meremas-remas toket gedenya. Aku hanya menikmati pemandangan itu dengan tangan kananku mengocok-ngocok batangku, kemudian Lisa menempatkan memeknya di kontolku yang tegang siap tempur.



Dia duduk diatasku dengan menyodorkan toketnya kearah mukaku, dengan nikmatnya dia mendesah bergoyang menikmati tusukan kontolku dan kulumanku di kedua putingnya bergantian, sekitar 5 menit kami bercinta terlihat dari belakang Lisa Tiwi berdiri terkejut saat keluar dari pintu dapur, langsung pelan-pelan aku memberikan isyarat padanya untuk tenang tak bersuara, bukannya berlalu pergi Tiwi malah bersandar di dinding menonton Lisa menduduki kontolku, melihat Tiwi menyaksikan aksi kami aku menjadi tambah terangsang.

“Mi aku ada ide… gimana klo kita bercinta didepan orang” kataku sambil tetap menikmati permainan memek Lisa.

“Maksud papi ditonton orang lain gitu… wah seru kayaknya pi” sahut Lisa menyetujui ideku tadi.

“Tapi siapa yang mau papi suruh liat?” lanjut Lisa sambil menghentikan goyangannya.

“Kamu maunya siapa?” tanyaku sambil meremas kedua toketnya.

“Siapa aja deh terserah…” sahut Lisa sambil melanjutkan gerakan naik turunnya di pangkuanku.

“Ooooh… piii… ngebayangin aja udah gah tahan aku pi…” Lisa menggelijang sambil menggigit bibir bawahnya merasakan dinding memeknya dielus kontolku.

Aku sedikit menoleh kearah Tiwi yang berdiri sambil memainkan bibirnya gemas melihat permainan kami, Tiwi hanya berdiri sambil merapatkan kedua kakinya dengan tangan dilipat kedepan sambil sesekali menekan-nekan toketnya.

“Oohh… pi… aaahhh…” erang Lisa sambil mengejang tanda orgasmenya datang.

“Kayaknya ide bagus tuh pi… ngebayangin aja aku udh ga tahan gini” kata Lisa.

“Gak usah dibayangin mi… dinikmati aja… udah ada yang liatin kok dari tadi.” kataku menyadarkan Lisa kalau sedari tadi Tiwi menikmati pemandangan itu.

Seketika Lisa terkejut dan menoleh kanan kiri dan melihat Tiwi di belakangnya berdiri dengan wajah merah mungkin malu dan takut. Lisa langsung berdiri membelakangiku dengan menutup tubuhnya dengan kedua tangannya.

“Ngapain kamu berdiri disitu?!?!” tanya Lisa dengan lantang.

Kelihatannya Lisa tidak suka dengan kehadiran Tiwi disana, namun sebelum Lisa meneruskan kata-katanya langsung aku dorong tubuhnya hingga membungkuk dengan tangan di meja, aku tancapkan lagi kontolku di memeknya dan dengan gerakan menghentak-hentak aku menusuk-nusuk memek Lisa. Lisa terkejut dan kembali mengerang keenakan merasakan tusukanku yang menyentuh g-spotnya, melihat Lisa tadi memarahinya Tiwi pelan-pelan melangkah hendak pergi.

“Ooohhh… aaahh… Tiwi kamu duduk aja di situ sshhh…” perintah Lisa pada Tiwi sambil mendesah-desah keenakan.

“Aaaagghhh… papi… kontol kamu enak banget pi… ooohh…” teriak Lisa.

Kelihatannya Lisa mulai terbakar horny luar biasa setelah tau ada orang lain yang menonton permainan kami. Tiwi hanya duduk bersandar di sofa tepat disamping kami.

“Tiwi kamu pernah dientot gak?” tanya Lisa sambil memaju mundurkan pantatnya melawan gerakan pinggangku.

Tiwi hanya menggelengkan kepala tanda bahwa dia masih virgin, Lisa mendorong tubuh aku kebelakang hingga kontolku tercabut dari memeknya. Lisa meraih lenganku, menariknya menuju Tiwi yang duduk disebelah kami.

“Tiwi kamu jangan cerita sama siapa-siapa ya kejadian ini” mohon Lisa pada Tiwi.

“Ssebagai imbalannya kamu boleh menonton kami bercinta kapan aja kamu mau… oke…” tambah Lisa.

Tiwi hanya mengangguk tanda setuju sambil sesekali mencuri pandang pada kontolku yang tegap berdiri.

“Pi aku mau kasih tunjuk Tiwi kontol papi kalo ngecrotin seperma pi…” kata Lisa sambil bersimpuh memainkan kontolku dengan tangannya dihadapan Tiwi.

Melihat mata Tiwi melihat tongkolku, aku semakin terangsang.

“Ingat Tiwi… kamu cuma boleh liat tapi ga boleh pegang oke…” kata Lisa sambil mendekatkan bibirnya ke kontolku.

Kuluman Lisa dan pandangan Tiwi pada kontolku membuat cairanku tak dapat tertahan lagi. Merasakan kontolku berdenyut dimulutnya, Lisa segera mengeluarkan kontolku dan mengocoknya hingga cairan itu menyembur ke leher dan dada Lisa. Kami segera membersihkan cairan-cairan tersebut dari tubuh kami dan terlihat Tiwi membantu dengan membersihkan cairanku yang berceceran di karpet ruang tengah itu. Tiwi mungkin terlalu lugu untuk melihat tontonan seperti itu, namun semenjak hari itu selama tidak ada orang lain selain aku Lisa dan Tiwi, kami sering bercinta di sembarang tempat di rumah meskipun tidak selalu Tiwi menemani kami untuk menonton permainan kami. Terkadang Tiwi hanya lewat saja sambil sesekali berhenti menyaksikan kami dan langsung pergi lagi, mungkin karena takut kepingin atau jijik. Kami berdua tetap menikmati permainan ini.